Pages

Tampilkan postingan dengan label Islami. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Islami. Tampilkan semua postingan

Jumat, 25 Maret 2011

Kisah Nabi Muhammad SAW Menjelang Ajal


Betapa mulia dan indahnya akhlak baginda Ya Rasulullah SAW Mengingatkan kita sewaktu sakratul maut.

Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah
"Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku."
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba.

"Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat kala nitu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar.

Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa. Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah
kurma yang menjadi alas tidurnya.

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"."Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru
 

Sekali ini aku melihatnya,"tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.

"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakan tangisnya.

Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut bersama menyertainya. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. " Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. 


"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti rohmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.

"Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Kabarkan
kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"


"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku:

"Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya"

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah
bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang."Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."


Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.

"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.

"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi. 


"Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku" .Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan
dadanya sudah tidak bergerak lagi.

Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali mendekatkan telinganya."Uushiikum bis-shalaati, wamaa malakat aimaanukum - peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu." Di luar, pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali
mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii!" - "Umatku, umatku, umatku"







...Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai seperti beliau mencintai kita? 

"Usah gelisah apabila dibenci manusia kerana masih banyak yang menyayangimu di dunia, tapi gelisahlah apabila dibenci Allah kerana tiada lagi yang mengasihmu di akhirat kelak."

Sabtu, 19 Maret 2011

Ketika Ali bin Abi Thalib ra. Telat Subuh Berjamaah

Pagi hari itu, Ali bin Abi Thalib bergegas bangun untuk mengerjakan shalat Subuh berjamaah di masjid seperti biasanya bersama Rasulullah. Langit masih gelap ketika Ali keluar dari rumahnya dan berjalan tergesa-gesa menuju ke masjid. Bilal sudah memanggil-manggil dengan suara azannya yang berkumandang merdu ke segenap penjuru dan sudut-sudut kota Madinah.

Namun, ketika Ali bin Abi Thalib berada di jalan menuju tempat jamaah yang jaraknya masih cukup jauh, di hadapannya ada seorang kakek tua beragama Yahudi yang melangkah pelan sekali karena usianya yang telah lanjut. Kakek itu berjalan tertatih-tatih.

Ali sebenarnya sangat tergesa-gesa. Ia tidak ingin tertinggal mengerjakan shalat Tahyatul Masjid dan qabliyah Subuh sebelum melaksanakan shalat Subuh berjamaah bersama Rasulullah dan para sahabat lainnya.

Ali paham benar bahwa Rasulullah mengajarkan supaya setiap umat muslim menghormati orang tua. Siapapun itu dan apapun agamanya. Maka, Ali pun terpaksa berjalan di belakang kakek itu. Tapi apa daya, si kakek berjalan amat lamban, dan karena itu pulalah langkah Ali jadi melambat. Kakek itu lemah sekali, dan Ali tidak sampai hati untuk mendahuluinya. Ia khawatir kalau-kalau kakek Yahudi itu terjatuh atau kena celaka.

Setelah sekian lamanya berjalan, akhirnya waktu mendekati masjid, langit sudah mulai terang. Kakek itu melanjutkan perjalanannya, melewati masjid.

Ketika memasuki masjid, Ali menyangka shalat Subuh berjamaah sudah usai. Ia bergegas. Ali terkejut sekaligus gembira, Rasulullah dan para sahabat masih rukuk pada rakaat yang kedua. Berarti Ali masih punya kesempatan untuk memperoleh shalat berjamaah. Jika masih bisa menjalankan rukuk bersama, berarti ia masih mendapat satu rakaat shalat berjamaah.

Sesudah Rasulullah mengakhiri shalatnya dengan salam, Umar bin Khattab memberanikan diri untuk bertanya. “Wahai Rasulullah, mengapa hari ini shalat Subuhmu tidak seperti biasanya? Ada apakah gerangan?”

Rasulullah balik bertanya, “Kenapakah, ya Umar? Apa yang berbeda?”

“Kurasa sangat lain, ya Rasulullah. Biasanya engaku rukuk dalam rakaat yang kedua tidak sepanjang pagi ini. Tapi tadi itu engkau rukuk lama sekali. Kenapa?”

Rasulullah menjawab, “Aku juga tidak tahu. Hanya tadi, pada saat aku sedang rukuk dalam rakaat yang kedua, Malaikat Jibril tiba-tiba saja turun lalu menekan punggungku sehingga aku tidak dapat bangun iktidal. Dan itu berlangsung lama, seperti yang kau ketahui juga.”

Umar makin heran. “Mengapa Jibril berbuat seperti itu, ya Rasulullah?”

Nabi berkata, “Aku juga belum tahu. Jibril belum menceritakannya kepadaku.”

Dengan perkenaan Allah, beberapa waktu kemudian Malaikat Jibril pun turun. Ia berkata kepada Nabi saw., “Muhammad, aku tadi diperintahkan oleh Allah untuk menekan punggunmu dalam rakaat yang kedua. Sengaja agar Ali mendapatkan kesempatan shalat berjamaah denganmu, karena Allah sangat suka kepadanya bahwa ia telah menjalani ajaran agamaNya secara bertanggung jawab. Ali menghormati seorang kakek tua Yahudi. Dari penghormatannya itu sampai ia terpaksa berjalan pelan sekali karena kakek itupun berjalan pelan pula. Jika punggungmu tidak kutekan tadi, pasti Ali akan terlambat dan tidak akan memperoleh peluang untuk mengerjakan shalat Subuh berjamaah denganmu hari ini.”

Mendengar penjelasan Jibril itu, mengertilah kini Rasulullah. Beliau sangat menyukai perbuatan Ali karena apa yang dilakukannya itu tentunya menunjukkan betapa tinggi penghormatan umat Islam kepada orang lain. Satu hal lagi, Ali tidak pernah ingin bersengaja terlambat atau meninggalkan amalan shalat berjamaah. Rasulullah menjelaskan kabar itu kepada para sahabat.

Rabu, 17 Maret 2010

Saat-saat Istimewa Dikabulkannya Doa

1. Pada sepertiga malam saat orang-orang terlelap dalam tidurnya

Rasulullah SAW bersabda:
"Rabb (Tuhan) kita turun di setiap malam ke langit yang terendah, yaitu saat
sepertiga malam terakhir, maka Dia berfirman : Siapa yang berdoa kepadaKu
maka Aku kabulkan, siapa yang meminta kepadaKu maka Aku berikan kepadanya,
dan siapa yang meminta ampun kepadaKu maka Aku ampunkan untuknya". (HR.
Al-Bukhari no. 1145, 6321 dan Muslim no. 758).

2. Waktu antara adzan dan iqamah, saat menunggu shalat berjama'ah


Sayangnya waktu mustajab ini sering disalahgunakan sebagian umat Islam yang
kurang mengerti sunnah atau oleh orang yang kurang menghargai sunnah,
sehingga diisi dengan hal-hal yang tidak baik dan tidak dianjurkan Islam,
membicarakan urusan dunia, atau hal-hal lain yang tidak bernilai ibadah.
Hal-hal semacam ini sangat merugikan pelakunya karena tidak mengikuti sunnah
Nabi SAW dengan sempurna.

Rasulullah SAW bersabda:
"Doa itu tidak ditolak antara adzan dan iqamah, maka berdoalah!" (HR. Ahmad
dan Ibnu Hibban, shahih menurut Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan menurut
Al-Arnauth dalam Jami'ul Ushul).
Juga berdasarkan hadits Abdullah bin Amr Ibnul Ash RA, bahwa
ada seorang laki-laki berkata: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya para muadzin
itu telah mengungguli kita", maka Rasulullah SAW
bersabda: "Ucap-kanlah seperti apa yang diucapkan oleh para muadzin itu dan
jika kamu selesai (menjawab), maka memohonlah, kamu pasti diberi." (HR. Abu
Dawud dan Ibnu Hibban, di-hasan-kan oleh Al-Arnauth dan Al-Albani).

3. Setelah shalat fardlu. Yaitu setelah melaksanakan shalat-shalat wajib
yang lima waktu, termasuk sehabis shalat Jum'at


Berdasarkan hadits Umamah Al-Bahili, ia berkata : "Rasulullah
SAW ditanya tentang doa apa yang paling didengar
(oleh Allah), maka beliau bersabda:
"Tengah malam terakhir dan setelah shalat-shalat yang diwajibkan." (HR.
At-Tirmidzi, ia berkata: hadist ini hasan).
Karena itu Imam Syafi'i dan para pengikutnya berkata, dianjurkan bagi imam
dan makmumnya serta orang-orang yang shalat sendirian memper-banyak dzkir,
wirid dan doa setelah selesai shalat fardhu. Dan dianjurkan membaca dengan
pelan, kecuali jika makmum belum mengerti maka imam boleh mengeraskan agar
makmum menirukan. Setelah mereka mengerti, maka semua kembali pada hukum
semula yaitu sirri (samar-samar). (Syarh Muhadzdzab, III/487).

4. Pada waktu-waktu khusus, tetapi tidak diketahui dengan pasti
batasan-batasannya. yaitu sesaat di setiap malam dan sesaat setiap hari
Jum'at.


Hal ini berdasarkan hadist Jabir RA, ia berkata: Saya
mendengar Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya di malam hari ada satu saat (yang mustajab), tidak ada seorang
muslim pun yang bertepatan pada waktu itu meminta kepada Allah kebaikan
urusan dunia dan akhirat melainkan Allah pasti memberi kepadanya." (HR.
Muslim).
Hadits Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW pernah menyebut hari Jum'at, beliau bersabda:
"Di dalamnya ada satu saat (yang mustajab) tidaklah seorang hamba muslim
yang kebetulan waktu itu sedang mendirikan shalat (atau menunggu shalat) dan
memohon kepada Allah sesuatu (hajat) melain-kan Allah pasti mengabulkan
permo-honannya." dan Nabi mengisyaratkan dengan tangannya akan sedikitnya
saat mustajab itu. (HR. Al-Bukhari).
Di dalam hadist Muslim dan Abu Dawud dijelaskan:
"Yaitu waktu antara duduknya imam (khatib) sampai selesainya shalat
(Jum'at)". Inilah riwayat yang paling shahih dalam hal ini. Sedangkan dalam
hadist Abu Dawud yang lain Nabi memerintahkan agar kita mencarinya di akhir
waktu Ashar.
An-Nawawi rahimmahullah menjelaskan bahwa para ulama berselisih dalam
menentukan saat ijabah ini menjadi sebelas pendapat. Yang benar-benar saat
ijabah adalah di antara mulai naiknya khatib ke atas mimbar sampai
selesainya imam dari shalat Jum'at. Hal ini berdasarkan hadist yang sangat
jelas dalam riwayat Muslim di atas.


5. Pada saat turun hujan


Dari Sahl bin Saad dari Nabi saw. bersabda: “Dan ketika hujan turun.”

6. Pada saat jihad fii sabiililaah (berperang di jalan Allah Ta’ala)

Dari Sahl bin Saad, dari Nabi saw. bersabda: “Dua keadaan yang tidak tertolak atau sedikit sekali tertotak; doa ketika adzan dan doa ketika berkecamuk perang.”

7. Suatu waktu pada hari Jum’at (ba’da Ashar di hari Jum’at atau juga waktu antara khutbah dan shalat)

Rasulullah saw. bersabda: “Hari Jum’at 12 jam tiadalah seorang muslim yang meminta kepada Allah sesuatu, kecuali pasti Allah akan memberinya. Maka carilah waktu itu di akhir waktu bakda shalat Ashar.”

8. Ketika bersujud (dalam shalat)

Riwayat imam Muslim bahwa dari Abu Hurairah ra, menyatakan bahwa Rasulullah bersabda, yang artinya ,” Seorang hamba sangat dekat dengan Tuhan-nya saat ia sujud. Karena itu perbanyaklah berdoa saati itu ,”

9. Jika tidur dalam keadaan suci, lalu bangun pada malam hari, kemudian membaca doa yang ma’-tsur

10. Doa ketika ditimpa musibah

11. Doa seorang muslim untuk sadudaranya sesama muslim tanpa sepengetahuannya

Dalam riwayat Imam Muslim dari Abu Darda’ berkata: “Rasulullah saw. bersabda: “Tiada seorang muslim yang berdoa bagi saudaranya tanpa sepengetahuan saudaranya itu, kecuali Malaikat berkata, bagimu seperti apa yang kamu doakan untuk saudaramu.” Dalam kesempatan yang lain Rasulullah saw. bersabda: “Doa seorang al-akh bagi saudaranya tanpa sepengetahuan dirinya tidak tertolak.”

12. Doa orang yang berpuasa sampai ia berbuka


13. Doa setelah berwudhu

14. Doa pada bulan Ramadhan

15. Doa yang dipanjatkan setelah memanjatkan pujian dan sanjungan kepada Allah serta shalawat dan sanjungan atas Nabi ketika tasyahud akhir

16. Doa keburukan dari orang yang dizhalimi (dianiaya)

17. Doa kebaikan dari orang tua untuk anaknya dan doa keburukan orang tua atas anaknya

18. Doa orang yang sedang melakukan perjalanan (musafir)

19. Doa orang yang benar-benar dalam keadaan terjepit

20. Doa anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya

21. Ketika minum air zazm-zam disertai dedngan niat yang tulus

Sumber: Dari berbagai telaah

Masukkan Link Sobat Disini