Pages

Sabtu, 19 Maret 2011

Belum Ada Tablet yang Dapat Menyaingi Harga iPad

  Pesaing iPad Masih Kemahalan


iPad 2 menawarkan berbagai fitur unggulan, termasuk tubuh yang lebih ramping. Namun, unsur terbaik Apple adalah harga yang belum bisa dikalahkan produsen lain. Kenapa?

Hingga kini, pesaing Apple dalam ranah tablet belum bisa mengalahkan iPad 2 dari segi harga. Komputer tablet Apple itu dihargai US$499 (Rp4,5 juta). Sejak diperkenalkan April 2010, perangkat ini sudah terjual sebanyak 15 juta dan menyumbangkan keuntungan lebih dari US$9,5 miliar (Rp85,5 triliun).

Analis mengatakan ini hanyalah awal dari pasar komputer yang terus bersaing ketat. Dikabarkan, keuntungan penjualan komputer tablet di 2012 mencapai US$35 miliar (Rp315 triliun).

Bagi Motorola Xoom dan Samsung Galaxy Tab yang diperkenalkan baru-baru ini, masih memiliki harga yang lebih tinggi. Begitu pula dengan perkiraan bagi komputer tablet TouchPad dari Hewlett-Packard, HTC dengan tablet Flyer, LG yang memperkenalkan G-Slate dan PlayBook milik BlackBerry.

Meskipun produsen belum mengumumkan harga resmi, ahli mengklaim belum ada tablet yang bisa mengungguli iPad. “Ada ratusan tablet yang muncul sejak keberadaan iPAd namun belum ada satupun yang benar-benar bersinar atau menyaingi harga Apple,” ujar analis di Sanford C Bernstein, Toni Sacconaghi.

Analis dan pelaku industri mencatat beberapa alasan. Terutama, Apple yang saat ini berkantong tebal, dengan keuntungan total setidaknya US$60 miliar (Rp540 triliun), memungkinkan mereka membentuk kemitraan strategis dengan perusahaan lain.


Caranya tentu saja membeli persedian komponen besar-besaran. Dengan begitu, Apple mendapatkan harga yang lebih murah dari pemasok dan memastikan biaya produksi yang lebih rendah.

Sacconaghi juga mengira Apple melakukan subsidi pembiayaan iPad sebagian via App Store yang menghasilkan lebih dari satu miliar dolar setiap tahun. Ini berarti Apple mampu mengambil keuntungan lebih rendah sekitar 25% dari iPad. Berbeda dari iPhone dengan lebih dari 50%.

Selain itu, Apple memiliki jaringan yang luas di toko ritel global atau toko online. Bagi pelanggan, mereka bisa menghindari mark up keuntungan dari pihak ketiga, Best Buy misalnya.

Di sisi lain, Samsung melakukan pemotongan biaya pembuatan tablet 7 inci Galaxy Tab karena mereka memproduksi beberapa komponen sendiri. Seperti banyak produsen tablet lain, Samsung memanfaatkan sistem operasi Android yang ditawarkan Google dengan gratis. Meskipun begitu, tetap saja Galaxy dijual seharga US$549 (Rp4,94 juta).

“Hanya karena sebuah perusahaan memproduksi materi sendiri, tidak menjamin mereka menciptakan harga terbaik dari segi komponen,” ujar Rhoda Alexander, analis dari IHS iSuppli. “Ini tidak menjamin efisiensi dari perspektif biaya.”

Wakil presiden bidang strategi Samsung, Justin Denison mengatakan di Amerika Serikat, bahwa perusahaan telah menurunkan harga bagi para mitra operator meskipun tidak terlalu khawatir dengan persaingan harga. Malah, ia mengaku produsen tablet sebenarnya bergantung pada pihak ketiga seperti Best Buy.

“Anda tidak melihat mark up sebagai cara yang sama dilakukan oleh pengecer. Karenanya, ini malah mengurangi pembiayaan tertentu,” kata profesor Northwestern University, Shane Greenstein.

Berinvestasi miliaran dolar untuk membangun toko ritel seperti Apple atau berinvestasi pada chip prosesor layaknya Samsung bukanlah pilihan terbaik bagi perusahaan kecil. Motorola misalnya yang memperkenalkan Motorola Xoom, tablet dengan layar 10 inci.

Berharga US$800 (Rp 7,2 juta) di Amerika Serikat, Xoom mengaku optimis bahwa produk dengan prosesor dual, kamera depan dan belakang, Wi-Fi dan fitur 3G mampu mengungguli banyak pihak.

Alain Mutricy, wakil presiden senior bagi perangkat seluler di Motorola, menekankan harga tidaklah menjadi persoalan bagi mereka karena Xoom diklaim memiliki ‘nilai’ yang jauh lebih tinggi dari pesaing mereka.

“Ini bukanlah soal kami berusaha untuk menciptakan produk berharga murah atau tidak. Kami melakukan labelisasi harga Xoom berdasarkan apa yang kami tawarkan kepada konsumen,” ujar Mutricy lagi.

Meskipun begitu, ia mengakui Motorola berencana untuk memperluas model tablet yang ditawarkan ke pasaran. Misalnya, tablet yang lebih kecil dan lebih ringan untuk mengurangi harga.

Di lain pihak, Sarah Rotman, analis di Forrester Research, memprediksikan unsur harga menjadi patokan penting di masa depan pada pasar tablet karena sebagian memiliki ‘jeroan’ yang sama. Jika sebagian besar memanfaatkan Android, masyarakat tentu mencari ‘hal yang berbeda’. Harga terutama.

“Konsumen tentu berharap sejalannya waktu, produk elektronik menjadi lebih murah. Mereka selalu mencari perbedaan produk di pasaran, termasuk kecepatan prosesor. Namun, ada variasi besar pula antara harga dan kekuatan produk. Inilah yang harus dipertimbangkan,” kata Rotman.

Sumber: Inilah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Masukkan Link Sobat Disini